Full Style

y

Sidebar Style

2017

Ads Below Title

Ads Inside Post

Ads End Post

Kisah Uwais Al Qarni dan Baktinya pada Orang Tua



Kisah Uwais bin ‘Amir Al Qarni ini patut diambil faedah dan pelajaran. Terutama ia punya amalan mulia bakti pada orang tua sehingga banyak orang yang meminta doa kebaikan melalui perantaranya. Apalagi yang menyuruh orang-orang meminta doa ampunan darinya adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sudah disampaikan oleh beliau jauh-jauh hari.
Kisahnya adalah berawal dari pertemuaannya dengan ‘Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhu.

عَنْ أُسَيْرِ بْنِ جَابِرٍ قَالَ كَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ إِذَا أَتَى عَلَيْهِ أَمْدَادُ أَهْلِ الْيَمَنِ سَأَلَهُمْ أَفِيكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ حَتَّى أَتَى عَلَى أُوَيْسٍ فَقَالَ أَنْتَ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ قَالَ نَعَمْ . قَالَ مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ قَالَ نَعَمْ.
قَالَ فَكَانَ بِكَ بَرَصٌ فَبَرَأْتَ مِنْهُ إِلاَّ مَوْضِعَ دِرْهَمٍ قَالَ نَعَمْ. قَالَ لَكَ وَالِدَةٌ قَالَ نَعَمْ
Dari Usair bin Jabir, ia berkata, ‘Umar bin Al Khattab ketika didatangi oleh serombongan pasukan dari Yaman, ia bertanya, “Apakah di tengah-tengah kalian ada yang bernama Uwais bin ‘Amir?” Sampai ‘Umar mendatangi ‘Uwais dan bertanya, “Benar engkau adalah Uwais bin ‘Amir?” Uwais menjawab, “Iya, benar.” Umar bertanya lagi, “Benar engkau dari Murod, dari Qarn?” Uwais menjawab, “Iya.”
Umar bertanya lagi, “Benar engkau dahulu memiliki penyakit kulit lantas sembuh kecuali sebesar satu dirham.”
Uwais menjawab, “Iya.”
Umar bertanya lagi, “Benar engkau punya seorang ibu?”
Uwais menjawab, “Iya.”

قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « يَأْتِى عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلاَّ مَوْضِعَ دِرْهَمٍ لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لأَبَرَّهُ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ ». فَاسْتَغْفِرْ لِى. فَاسْتَغْفَرَ لَهُ. فَقَالَ لَهُ عُمَرُ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ الْكُوفَةَ. قَالَ أَلاَ أَكْتُبُ لَكَ إِلَى عَامِلِهَا قَالَ أَكُونُ فِى غَبْرَاءِ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَىَّ

Umar berkata, “Aku sendiri pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Nanti akan datang seseorang bernama Uwais bin ‘Amir bersama serombongan pasukan dari Yaman. Ia berasal dari Murad kemudian dari Qarn. Ia memiliki penyakit kulit kemudian sembuh darinya kecuali bagian satu dirham. Ia punya seorang ibu dan sangat berbakti padanya. Seandainya ia mau bersumpah pada Allah, maka akan diperkenankan yang ia pinta. Jika engkau mampu agar ia meminta pada Allah supaya engkau diampuni, mintalah padanya.”
Umar pun berkata, “Mintalah pada Allah untuk mengampuniku.” Kemudian Uwais mendoakan Umar dengan meminta ampunan pada Allah.
Umar pun bertanya pada Uwais, “Engkau hendak ke mana?” Uwais menjawab, “Ke Kufah”.
Umar pun mengatakan pada Uwais, “Bagaimana jika aku menulis surat kepada penanggung jawab di negeri Kufah supaya membantumu?”
Uwais menjawab, “Aku lebih suka menjadi orang yang lemah (miskin).”

قَالَ فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْعَامِ الْمُقْبِلِ حَجَّ رَجُلٌ مِنْ أَشْرَافِهِمْ فَوَافَقَ عُمَرَ فَسَأَلَهُ عَنْ أُوَيْسٍ قَالَ تَرَكْتُهُ رَثَّ الْبَيْتِ قَلِيلَ الْمَتَاعِ. قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « يَأْتِى عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلاَّ مَوْضِعَ دِرْهَمٍ لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لأَبَرَّهُ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ ».

Tahun berikutnya, ada seseorang dari kalangan terhormat dari mereka pergi berhaji dan ia bertemu ‘Umar. Umar pun bertanya tentang Uwais. Orang yang terhormat tersebut menjawab, “Aku tinggalkan Uwais dalam keadaan rumahnya miskin dan barang-barangnya sedikit.” Umar pun mengatakan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Nanti akan datang seseorang bernama Uwais bin ‘Amir bersama serombongan pasukan dari Yaman. Ia berasal dari Murad kemudian dari Qarn. Ia memiliki penyakit kulit kemudian sembuh darinya kecuali bagian satu dirham. Ia punya seorang ibu dan sangat berbakti padanya. Seandainya ia mau bersumpah pada Allah, maka akan diperkenankan yang ia pinta. Jika engkau mampu agar ia meminta pada Allah supaya engkau diampuni, mintalah padanya.

فَأَتَى أُوَيْسًا فَقَالَ اسْتَغْفِرْ لِى. قَالَ أَنْتَ أَحْدَثُ عَهْدًا بِسَفَرٍ صَالِحٍ فَاسْتَغْفِرْ لِى. قَالَ اسْتَغْفِرْ لِى. قَالَ لَقِيتَ عُمَرَ قَالَ نَعَمْ. فَاسْتَغْفَرَ لَهُ

Orang yang terhormat itu pun mendatangi Uwais, ia pun meminta pada Uwais, “Mintalah ampunan pada Allah untukku.”
Uwais menjawab, “Bukankah engkau baru saja pulang dari safar yang baik (yaitu haji), mintalah ampunan pada Allah untukku.”
Orang itu mengatakan pada Uwais, “Bukankah engkau telah bertemu ‘Umar.”
Uwais menjawab, “Iya benar.” Uwais pun memintakan ampunan pada Allah untuknya.

فَفَطِنَ لَهُ النَّاسُ فَانْطَلَقَ عَلَى وَجْهِهِ

“Orang lain pun tahu akan keistimewaan Uwais. Lantaran itu, ia mengasingkan diri menjauh dari manusia.” (HR. Muslim no. 2542)


Faedah dari kisah Uwais Al Qarni di atas:

1- Kisah Uwais menunjukkan mu’jizat yang benar-benar nampak dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia adalah Uwais bin ‘Amir. Dia berasal dari Qabilah Murad, lalu dari Qarn. Qarn sendiri adalah bagian dari Murad.
2- Kita dapat ambil pelajaran –kata Imam Nawawi- bahwa Uwais adalah orang yang menyembunyikan keadaan dirinya. Rahasia yang ia miliki cukup dirinya dan Allah yang mengetahuinya. Tidak ada sesuatu yang nampak pada orang-orang tentang dia. Itulah yang biasa ditunjukkan orang-orang bijak dan wali Allah yang mulia.
Maksud di atas ditunjukkan dalam riwayat lain,

أَنَّ أَهْلَ الْكُوفَةِ وَفَدُوا إِلَى عُمَرَ وَفِيهِمْ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ يَسْخَرُ بِأُوَيْسٍ

“Penduduk Kufah ada yang menemui ‘Umar. Ketika itu ada seseorang yang meremehkan atau merendahkan Uwais.”
Dari sini berarti kemuliaan Uwais banyak tidak diketahui oleh orang lain sehingga mereka sering merendahkannya.
3- Keistimewaan atau manaqib dari Uwais nampak dari perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Umar untuk meminta do’a dari Uwais, supaya ia berdo’a pada Allah untuk memberikan ampunan padanya.
4- Dianjurkan untuk meminta do’a dan do’a ampunan lewat perantaraan orang shalih.
5- Boleh orang yang lebih mulia kedudukannya meminta doa pada orang yang kedudukannya lebih rendah darinya. Di sini, Umar adalah seorang sahabat tentu lebih mulia, diperintahkan untuk meminta do’a pada Uwais –seorang tabi’in- yang kedudukannya lebih rendah.
6- Uwais adalah tabi’in yang paling utama berdasarkan nash dalam riwayat lainnya, dari ‘Umar bin Al Khattab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ

Sesungguhnya tabi’in yang terbaik adalah seorang pria yang bernama . Uwais. Ia memiliki seorang ibu dan dulunya berpenyakit kulit (tubuhnya ada putih-putih). Perintahkanlah padanya untuk meminta ampun untuk kalian.” (HR. Muslim no. 2542). Ini secara tegas menunjukkan bahwa Uwais adalah tabi’in yang terbaik.
Ada juga yang menyatakan seperti Imam Ahmad dan ulama lainnya bahwa yang terbaik dari kalangan tabi’in adalah Sa’id bin Al Musayyib. Yang dimaksud adalah baik dalam hal keunggulannya dalam ilmu syari’at seperti keunggulannya dalam tafsir, hadits, fikih, dan bukan maksudnya terbaik di sisi Allah seperti pada Uwais. Penyebutan ini pun termasuk mukjizat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
7- Menjadi orang yang tidak terkenal atau tidak ternama itu lebih utama. Lihatlah Uwais, ia sampai mengatakan pada ‘Umar,

أَكُونُ فِى غَبْرَاءِ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَىَّ

“Aku menjadi orang-orang lemah, itu lebih aku sukai.” Maksud perkataan ini adalah Uwais lebih senang menjadi orang-orang lemah, menjadi fakir miskian, keadaan yang tidak tenar itu lebih ia sukai. Jadi Uwais lebih suka hidup biasa-biasa saja (tidak tenar) dan ia berusaha untuk menyembunyikan keadaan dirinya. Demikian dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim.
8- Hadits ini juga menunjukkan keutamaan birrul walidain, yaitu berbakti pada orang tua terutama ibu. Berbakti pada orang tua termasuk bentuk qurobat (ibadah) yang utama.
9- Keadaan Uwais yang lebih senang tidak tenar menunjukkan akan keutamaan hidup terasing dari orang-orang.
10- Pelajaran sifat tawadhu’ yang dicontohkan oleh Umar bin Khattab.
11- Doa orang selepas bepergian dari safar yang baik seperti haji adalah doa yang mustajab. Sekaligus menunjukkan keutamaan safar yang shalih (safar ibadah).
12- Penilaian manusia biasa dari kehidupan dunia yang nampak. Sehingga mudah merendahkan orang lain. Sedangkan penilaian Allah adalah dari keadaan iman dan takwa dalam hati.
Semoga bermanfaat.

Referensi:

Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, terbitan Dar Ibnu Hazm, cetakan pertama, tahun 1433 H.
Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhis Sholihin, Syaikh Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al Hilaliy, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1430 H.

Sumber : Rumasyo.com

Sanggupkah Kau Wahai Pria


Seorang pria beristeri tanpa sengaja berkenalan dengan seorang gadis di sebuah kantin kompleks perkantoran, karena ada urusan pekerjaan merekapun tukeran PIN
BB.

Malam harinya si gadis mulai BBM
si pria :

Gadis : Mas hebat ya. Punya usaha sendiri, sukses pula

Pria : Terima kasih ya :)

Esoknya si gadis menelpon sekedar say hallo.

Gadis : Kapan ya mas, kita makan bareng lagi?

Pria : Oke kapan aja boleh Setelah itu mereka masih sering berhubungan melalui BBM dan
telepon, sesekali juga janjian pergi makan siang bareng.

Hari-hari berlalu, tiada hari tanpa kontak antara mereka. Sampai suatu hari, si gadis BBM, isinya adalah :

“Mas… Sebenarnya aku mencintaimu , aku tau kamu udah punya keluarga, tapi aku mau menerima kondisi sebagai isteri ke-2, aku siap mas dan maaf aku mengganggu perasaanmu.

Dengan berat hati pria itu menjawab
: “Dik, aku mengerti dan paham maksudmu… tapi dengan berat hati aku harus jawab :

TIDAAAAK...!!!

Aku tau kamu memang cantik, dan aku yakin semua lelaki pasti mengatakan tubuh dan parasmu elok dan cantik.
Tapi, tahukah kamu kenapa aku bisa tampil baik dan hingga usahaku sukses? Itu semua karena dorongan dan semangat isteriku.

Sungguh sangat berdosa kalau aku harus berselingkuh dengan seseorang yang hanya mengagumiku, karena tau kalau aku sekarang udah sukses.

Kamu menyukai aku tidak ikhlas, kamu hanya melihat tampilanku
semata. Padahal ada seseorang yang tersayang di rumah yang telah bersusah payah mendorong aku agar selalu tampil sebaik mungkin, dia
adalah isteriku tercinta.

Kalau kamu menyukai aku, artinya kamu tinggal memetik hasilnya, dan cara ini tidak pernah abadi.
Taukah kamu bahwa aku memulai ini dari nol dan isteriku
yang selalu mendampingiku di kala susah, terpuruk dan sukses seperti ini.
Taukah kamu bahwa isteriku yang selalu mendoakan kesuksesanku hingga aku bisa menjadi seperti ini.

Kamu memang cantik, tapi hati isteriku lebih cantik.

Terima kasih atas cintanya, maaf aku tidak bisa membalas seperti kehendakmu.

Wahai pria, sanggupkah kau seperti kisah di atas. ...??

Sumber : zeropromosi.com

Dipublikasikan ulang Oleh:
Ihyaa-ul 'Uluum
WApGrup Kajian Ilmu
Join Grup Japri : 08562256222
Didokumentasikan di :
risalahpersatuan.blogspot.co.id

Tiga Sandaran Cinta Yang Saling Menguatkan


Tidak ada sandaran yang lebih hangat dan menenangkan bagi seorang anak ketika mengalami ketakutan, melakukan kesalahan, mencari perlindungan, mengharapkan nasehat dan pelukan penguat, daripada dekapan sang ibu.

lihatlah anak kita- wajah kecil belia-ketika bangun dan membuka mata sembari mengerjapkannya berkali-kali, mencari dimanakah sosok sandaran cintanya yang terbiasa mengulur tangan untuk mendekap manja. itulah sang ibunda tercinta.

Tidak ada sandaran yang lebih kokoh dan menentramkan bagi seorang istri ketika mengalami kelelahan, merasakan ketidakmampuan, berusaha memperbaiki kesalahan, butuh penguat dan pendukung kecuali senyuman dan pelukan penuh kasih sayang dari sang suami.

::before Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. ::after


maka akan lumrah kita temui, dalam lelah dan salah, wajah-wajah teduh yang terikat dalam akad itu akan mendatangi suami-suaminya, berkisah, berbagi gundah, mengharap dekap serta seka pada air mata.

lalu siapakah yang menjadi sandaran yang kokoh bagi kita para suami?

ketika tantangan terasa berat, dinding masalah seolah meninggi,  gagal kerap mengikut dalam ikhtiar, kesulitan mengikat harap, adakah sandaran yang lebih menyemangati daripada wajah anak-anak kita yang menyambut kedatangan sang ayah ketika kembali kerumah dengan kondisi ceria?

ceria anak kita berasal dari ceria  ibunya, kebahagiaan istri kita berasal dari perlindungan dan ketenangan kita, dan semangat kita menumbuh dari kebahagiaan yang diperoleh oleh anak kita.

inilah tiga sandaran cinta yang saling menguatkan. ini siklus cinta yang hidup, bermula dari anak, berlanjut pada ibu, berkesudahan pada ayah, dan akhirnya kembali kepada sang anak juga.

dalam sandaran tiga cinta inilah, kita akan mengenal makna dari sabda Rasulullah: "Rumahku syurgaku".(RI)

Mereka yang di sana Menunggu do'a dari anaknya


Amalan anak pasti akan mengalir kepada orang tuanya..

Terlebih untuk ayah atau ibu yang telah berpulang ke Rahmatullah..

Sebagai seorang anak setidaknya kita lakukan amalan-amalan yang dicintai Allah untuk memeberikan setitik cahaya, demi menerangi jalan mereka di alam kuburnya..

Jangan sampai kita melakukan hal-hal yang dimurkai Allah, sehingga membuat mereka merasakan pedihnya sisa kubur..

Bayangkan ketika lampu di kamar kita padam..
Sungguh gelap, bahkan tidak ada jalan yang terlihat kecuali ada setitik cahaya yang membantu menerangi..
.
Sama halnya dialam kubur..
Gelap, bahkan tak ada satupun yang bisa terlihat.
Maka jangan ditambah lagi derita sebab tingkah laku kita didunia..

Nauzubillah Sum'ma Nauzubillah..

Yuk!! Sama-sama kita do'akan mereka..
Bila raganya tidak dapat lagi kita peluk, maka do'a adalah cara terbaik untuk memeluknya..

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

ROBBI GHFIRLII WA LIWAALIDAYYA WA RHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANI SHOGHIIROO

“Tuhanku! ampunilah Aku, ibu bapakku. (QS. Nuh : 28) Dan rahmatilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al Isra : 24)

Percayalah..
Do'a anak pasti akan tersampaikan kepada orang tuanya.
Seperti anak panah yang melesat cepat diudara..(Rama Uzma)

Zakir Naik Naik Darah


Beberapa pihak yang bertanya dalam acara Zakir Naik di Indonesia mengaku bahwa mereka datang dari keluarga Muslim dan sekarang menjadi atheis. Melihat kenyataan ini Zakir Naik akhirnya tidak mampu lagi menahan amarahnya dan 'memuntahkannya' pada sesi ceramah di Makassar ketika menjawab pertanyaan dari seorang atheis yang mendewa-dewakan ilmu politik melebihi ajaran Islam, sekalipun berasal dari keluarga Muslim.

Zakir Naik menjadi naik darah..

Tenyata banyak keluarga Indonesia yang tidak peduli dalam menjaga keimanan keluarga mereka berdasarkan sikap yang selama ini sering dibangga-banggakan beberapa orang sebagai simbol kemajuan berpikir : bertoleransi. Zakir Naik tidak habis pikir, ketika orangtua melihat anaknya terlibat narkoba mereka mampu untuk bersikap khawatir dan berusaha menyelamatkan anak-anak mereka, disaat anaknya mau terjun dari bangunan tinggi karena ingin meniru Superman, mereka panik dan pasti akan mencegahnya. Namun ketika si anak terpengaruh dengan ajaran kekafiran dan atheisme, mereka sanggup untuk membiarkannya atas nama toleransi dan kebebasan berkeyakinan, padahal kerusakan yang ditimbulkan dari murtadnya seorang anak manusia jauh lebih berat dibandingkan dari kerusakan karena narkoba.

Ini mungkin merupakan kesalahan mendasar dalam keluarga kita, saat ini seorang anak bisa lebih fasih berbicara  tentang humanisme, demokrasi, toleransi, kesetaraan gender dan hak azazi manusia dibandingkan soal keimanan kepada Allah, karena mereka sejak kecil memang dicekoki keinginan duniawi dan dibekali kemampuan hidup seirama dengan perkembangan peradaban yang mungkin sudah salah arah. Tidak aneh kalau seorang ayah sering mengatakan harapannya agar si anak sukses jadi orang berpangkat, punya duit banyak, dihormati masyarakat, namun pembicaraan dimeja makan jauh dari soal menghadirkan Allah ditengah-tengah mereka. Padahal berpedoman dari perjalanan sejarah Rasulullah, justru dimasa awal kenabian beliau di Makkah, aspek keimanan inilah yang ditanamkan terlebih dahulu sebelum berbicara soal politik, sosial dan ekonomi.

Menanamkan kehadiran Allah tidak harus memaksa si anak belajar mengaji, menguasai Al-Qur'an dan bahasa Arab, hapal ayat-ayat, dll, Tentu saja ini penting, tapi ketika misalnya orangtua berbincang-bincang santai, mereka selalu mengkaitkan setiap kejadian yang diterima keluarga, baik berupa anugerah maupun musibah, merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari kekuasaan Allah beserta segala sifat-Nya. Disaat menyuap nasi dan menerima gaji, sekali-sekali seharusnya ayah berkata :"Ini rejeki dari Allah, tanpa kemurahan-Nya kita tidak bisa makan sekalipun berusaha sehebat apapun..", atau sebaliknya ketika menghadapi musibah orangtua mengingatkan anaknya ;"Allah pasti punya maksud baik mengapa Dia mendatangkan musibah ini buat kita, sesungguhnya Allah tidak akan menganiaya hamba-Nya yang beriman..". Untuk semua ini, tidak diperlukan kemampuan tinggi dari orangtua dalam ilmu agama, harus masuk pesantren, belajar nahwu syarof, menguasai kitab kuning, dll.

Saya sendiri berpikir, apakah selama ini saya sudah mendidik anak-anak untuk selalu ingat dan menghadirkan Allah dalam setiap langkah mereka dan hanya bisa mendoakan semoga mereka selamat dalam menjalani kehidupan, karena mereka sudah besar dan akan memilih sendiri kehidupan model apa yang akan dijalani. Juga sekaligus mengingatkan kepada sahabat-sahabat yang sudah terperangkap dalam sikap bertoleransi dan lebih memasukkan tujuan-tujuan duniawi kepada anak-anak :"Apakah anda tidak bisa melihat bahaya besar yang akan terjadi terhadap anak keturunan..?".

Percayalah, ini bukan persoalan sepele.. (Arda Chandra)

Beda Wanita Muda Dengan Wanita Tua


Sang ibu yang sudah bertubuh agak gemuk, dengan langkah tertatih-tatih dibantu berjalan oleh kedua anaknya, yang satu gadis manis berwajah lembut, dan yang satu lagi seorang pria berusia sekitar 25 tahun.

Dalam hati, Anis membatin, “ibu yang berbahagia, memiliki anak-anak yang mencintai dirinya.” Dan Anis menoleh sekali lagi kedalam lift, dan subhanallah, ibu tersebut mengenakan cadar, sementara anak gadisnya dengan wajah yang sangat menawan, alis mata yang disapu tajam naik keatas, dan bulu mata yang lentik menawan memandang kearah luar dengan wajah yang bila di foto, maka nilainya delapan, masya Allah.

Kok aneh ya, ibu yang sudah tua malah pakai cadar, dan yang anak gadis muda malah buka cadar. Bukan hanya buka cadar, baju yang digunakannyapun walau tidak terbuka seperti yang selama ini banyak dilihat Anis di mal-mal dan pusat pertokoan, namun menggambarkan keindahan dan kemudaan sang gadis. Anis berjalan dan tidak memikirkannya lagi.

Sampai suatu hari, Anis mengikuti pengajian yang diselenggarakan di sebuah masjid daerah Pondok Gede, betapa banyak sekali wanita yang mengikuti pengajian ditempat ini. Dan diantara ibu-ibu yang rutin mengikuti pengajian, Anis mengenali seorang ibu yang rajin dan sibuk menjadi ketua panitia pengajian dan sang ibupun, sangat aktif mengajak ibu-ibu yang lain untuk segera berwudhu dan merapatkan shaf; “agar setan tidak ikut sholat ibu-ibu, mari rapatkan shaf-nya, ujung kaki bertemu ujung kaki, bahu bersentuhan dengan bahu, ayo jangan malas, ibu-ibu yang dicintai Allah, ikuti sunnah Rasul.”

Demikian ibu yang Anis kenali sebagai ketua pengajian di masjid itu sangat menggebu dalam memotivasi para ibu untuk melakukan sholat dan beribadah dengan cara yang mengikuti sunnah Rasul. Hatipun menjadi senang, dan Anis merasa ingin lebih lama lagi ada dalam lingkungan yang islami ini, subhanallah.

Pagi yang cerah, Anis ingat ingin membeli kancing baju ditanah abang, setelah semua pekerjaan rumah selesai, dan setelah menitipkan anak-anak pada adik iparnya yang kebetulan main kerumah, Anis melenggang pergi ke tanah abang. Waktu pulang pergi dan belanja hanya satu setengah jam, karena adik ipar Anis ingin berangkat sekolah, jadi Anis hanya membeli apa yang diperlukan dengan secepat kilat, dan upps… hampir saja Anis terjatuh, kalau tidak ditolong seorang anak remaja lelaki dengan memakai celana pendek dan baju kaus hitam yang dengan sigap membantu Anis memunguti semua barang belanjaan Anis.

Dengan tergopoh ucapkan terimakasih maka Anis mencoba untuk bangkit, namun sungguh kakinya jadi sakit, Karena tak sengaja jatuhnya membuat Anis mengalami keseleo yang cukup lumayan, dan masya Allah. Pertolongan dari seorang ibu yang kemudian Anis kenali sebagai ibu ketua pengajian di masjid daerah Pondok Gede itu, membuat Anis mendoakan sang ibu berkali-kali, dan mengucapkan terimakasih, karena ternyata sang ibu, juga punya toko busana muslim di tanah abang, dan Anis dipersilakan untuk duduk sebentar dalam toko ibu tersebut.

Tak lama Anis merasa nyaman, dan Anis pun bangun, dan betapa terkejutnya Anis melihat dua orang gadis yang cantik dan muda usianya membantu di toko tersebut yang kemudian diperkenalkan oleh sang ibu sebagai anak remajanya, dan sang gadis mengenakan busana sangat ketat dan terbuka, kontras sekali dengan penampilan ibunya yang mengenakan busana sangat islami, selain pemandangan yang kontras tersebut ada di toko busana muslimah.

Setelah berbasa basi sejenak, Anispun memohon diri pulang, dalam hati membatin, subhanallah, mengapa sang ibu tidak menyuruh anaknya mengenakan busana muslim, toh mereka bersentuhan, memegang dan melihat busana muslimah setiap hari. Mengapa wanita tua lebih baik agamanya dan cenderung menutupi dirinya sementara yang muda malah membuka diri dan pakaiannya, justru bukankah fitnah pada wanita muda lebih besar daripada fitnah dari wanita tua.

Anispun menggeleng kuat-kuat tidak mau bergibah walau dengan hatinya sendiri, Namun sekali lagi Anis berfikir, dua orang ibu, yang menggunakan cadar dan berpakaian muslimah, rata rata memiliki anak anak gadis yang sangat cantik dan elok rupawan, namun membiarkan anak gadisnya membuka dirinya, sedangkan sang ibu asyik beribadah dan berdakwah serta melaksanakan perintah agama, namun sangat lalai untuk ingatkan anaknya. Apakah ibu-ibu itu tidak ingin bersama anak gadisnya di surga?

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu: penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang di perintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di perintahkan.” (QS. At-Tahriim [66] : 6 )

Ayat ini mungkin bukan hanya untuk para ayah saja, namun juga bagi para ibu, ajaklah anak-anak gadis Anda menggunakan pakaian muslimah seperti anda, bila Anda gemar menutup aurat bahkan menggunakan cadar sekali, mengapa Anda biarkan anak gadis Anda terbuka pada siapa saja, sayangkah Anda padanya? Bila ya, selamatkanlah mereka dari api neraka, Anda ibunya, ditangan Andalah Surganya… (eramuslim)

Panglima TNI: Kalau tak Waspada Kita Bisa Diusir dari Negara Ini



Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengatakan penyebab konflik dan perang kini bergeser bukan lagi akibat perbedaan agama, suku dan bahasa, melainkan untuk memperebutkan energi sebuah negara oleh negara lain.

"Semua konflik melanda negara-negara penghasil minyak, yang terakhir terjadi di Suriah dan Ukraina. Sekarang, 70 persen konflik karena energi, dan nanti akan berubah ke tujuannya merebut pangan dan air yang konfliknya bergeser ke negara ekuator," katanya saat memberikan kuliah umum di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim II, Kota Pekanbaru, Rabu.

Menurut dia, negara-negara ekuator yang menjadi ancaman konflik berlokasi di Asia Tenggara, Afrika Tengah dan Amerika Latin. Indonesia tidak luput menjadi sasaran karena kekayaan alam dan jumlah populasi penduduknya.

"Kalau tidak waspada, kita bisa diusir dari negeri ini. Seperti Indian di Amerika dan Aborigin di Australia," kata Panglima TNI.

Panglima TNI mengingatkan, ancaman tersebut bisa dikalahkan selama rakyat dan generasi muda Indonesia berpegang teguh pada Pancasila untuk menjaga kebhinekaan NKRI.

Tokoh pendiri Indonesia menempatkan lima sila Pancasila yang mengandung makna mendalam tentang ketuhanan, kemanusiaan yang adil dan beradab, dan demokrasi Pancasila yang menjunjung tinggi musyawarah untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Republik Indonesia bukan milik satu golongan, adat, dan agama. Islam adalah satu napas dengan ke-Indonesiaan dan kemanusiaan, tanpa membedakan suku," kata Panglima TNI.

Sumber: republika.co.id

Karena Aku seorang Muslimah

Photo hanya ilustrasi muslimah kecil

Wafa adalah keponakan saya yang berumur 7 tahun. Saat ini, dia masih bersekolah di Albany Rise Primary School, Melbourne dan sudah menginjak tahun kedua. Seperti anak-anak lain seusianya, hari-hari Wafa juga masih didominasi oleh sifat kekanak-kanakannya, sering ngambek, nggak mau makan, atau kalau nggak, ya bertengkar dengan Hafidz sang adik. Namun, dibalik itu semua, ada yang istimewa pada diri gadis kecil ini, dia adalah satu-satunya murid di sekolahnya yang menggunakan jilbab, padahal Wafa bersekolah di public school bukan di sekolah islam.

Gadis kecil itu tidak pernah mau melepas tutup kepalanya, walaupun  sekarang sudah tidak lagi tinggal dan bersekolah di Indonesia. Saya tidak pernah melihat ayah ibunya memaksanya untuk menggunakan jilbab,  tetapi faktanya meski berada di lingkungan asing seperti ini –dengan risiko akan “diasingkan” oleh teman-temannya- dia tidak terlalu peduli dan sangat kokoh dengan pendiriannya.

Paling tidak, ada dua kejadian yang mengesankan saya tentang kegigihannya dalam berjilbab. Pada suatu hari, di saat Australia sedang dilanda heatwafe –suhunya mencapai 40 derajat celcius- guru Wafa (didasari rasa kasihan) meminta Wafa untuk membuka jilbabnya agar tidak terlalu kepanasan. Namun dengan tenang Wafa menjawab sambil menatap sang guru, “It’s okay Miss… I’m alright”. Sang guru sampai menyampaikan kekagumannya atas kegigihan anak gadis kecil itu.

Di kesempatan lain, hal itu terjadi lagi, Wafa ditanya oleh beberapa temannya,“Why do you wear that thing on your head?”Dengan tenang Wafa menjawab, “Because I’m Muslim.” Temannya yang masih penasaran bertanya lagi, “But what you’re wearing that for?”  Dengan tenang dia menjawab, “Well, because I’m Muslim girl, and all Muslim girls are not allowed to show their hair to other people, besides their own family.”  Bisa dibayangkan betapa takjubnya teman-temannya mendengar jawaban itu.

Saya tidak tahu darimana Wafa mendapat keberanian untuk melakukan hal itu. Biasanya anak-anak seusianya sangat  takut dianggap berbeda dari teman-temannya, tapi tidak untuk Wafa. Dia sangat percaya diri dengan keislamannya, bahkan disini, di tempat yang cukup asing dengan dirinya. Kegigihan Wafa itu rupanya juga diperhatikan oleh guru-gurunya. Dia terpilih sebagai “Student of the week”  di minggu pertama dia masuk sekolah disini.

So.. for all Muslim girls di mana saja berada, jilbab di atas kepala kalian adalah bukan sebuah tempurung  yang membatasi dirimu. Bukan juga sebuah topeng yang engkau bisa menyembunyikan diri, apalagi sebuah tirai yang menutupi potensi dan kemampuan diri. Namun, seperti yang Wafa contohkan, ia adalah sebuah mahkota yang bukan saja meningkatkan derajatmu diantara kerumunan orang lain, tetapi juga memancarkan cahaya yang membuat potensi dan kemampuan dirimu semakin jelas terlihat.

So… for all Muslim girls wherever you are, lift up your chins, face the world upon you and show them what you are really made of. Cheers..!!

By: Ari Pramono on Thursday, February 18th, 2010 (Muniefah)

30 Tahun Mendatang Anak Kita


Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
Jangan remehkan dakwah kepada anak-anak! Jika telah terikat hatinya dengan Islam, mereka akan mudah bersungguh-sungguh menetapi agama ini setelah dewasa. Jika engkau siapkan mereka untuk siap menghadapi kesulitan, maka kelak mereka tak mudah ambruk hanya karena langkah mereka terhalang oleh kendala-kendala yang menghadang. Tetapi jika engkau salah membekali, mereka akan menjadi beban bagi ummat ini di masa yang akan datang. Cemerlangnya otak sama sekali tidak memberi keuntungan jika hati telah beku dan kesediaan untuk berpayah-payah telah runtuh.
Maka, ketika engkau mengurusi anak-anak di sekolah, ingatlah sejenak. Tugas utamamu bukan sekedar mengajari mereka berhitung. Bukan! Engkau sedang berdakwah. Sedang mempersiapkan generasi yang akan mengurusi umat ini 30 tahun mendatang. Dan ini pekerjaan sangat serius. Pekerjaan yang memerlukan kesungguhan berusaha, niat yang lurus, tekad yang kuat serta kesediaan untuk belajar tanpa henti.
Karenanya, jangan pernah main-main dalam urusan ini. Apa pun yang engkau lakukan terhadap mereka di kelas, ingatlah akibatnya bagi dakwah ini 30 40 tahun yang akan datang. Jika mereka engkau ajari curang dalam mengerjakan soal saja, sesungguhnya urusannya bukan hanya soal bagaimana agar mereka lulus ujian. Bukan. Yang terjadi justru sebaliknya, masa depan umat sedang engkau pertaruhkan!!! Tidakkah engkau ingat bahwa induk segala dusta adalah ringannya lisan untuk berdusta dan tiadanya beban pada jiwa untuk melakukan kebohongan.
Maka, ketika mutu pendidikan anak-anak kita sangat menyedihkan, urusannya bukan sekedar masa depan sekolahmu. Bukan. Sekolah ambruk bukan berita paling menyedihkan, meskipun ini sama sekali tidak kita inginkan. Yang amat perlu kita khawatiri justru lemahnya generasi yang bertanggung-jawab menegakkan dien ini 30 tahun mendatang. Apa yang akan terjadi pada umat ini jika anak-anak kita tak memiliki kecakapan berpikir, kesungguhan berjuang dan ketulusan dalam beramal?
Maka…, ketika engkau bersibuk dengan cara instant agar mereka tampak mengesankan, sungguh urusannya bukan untuk tepuk tangan saat ini. Bukan pula demi piala-piala yang tersusun rapi. Urusannya adalah tentang rapuhnya generasi muslim yang harus mengurusi umat ini di zaman yang bukan zamanmu. Kitalah yang bertanggung-jawab terhadap kuat atau lemahnya mereka di zaman yang boleh jadi kita semua sudah tiada.
Hari ini, ketika di banyak tempat, kemampuan guru-guru kita sangat menyedihkan, sungguh yang paling mengkhawatirkan adalah masa depan umat ini. Maka, keharusan untuk belajar bagimu, wahai Para Guru, bukan semata urusan akreditasi. Apalagi sekedar untuk lolos sertifikasi. Yang harus engkau ingat adalah: “Ini urusan umat. Urusan dakwah.” Jika orang-orang yang sudah setengah baya atau bahkan telah tua, sulit sekali menerima kebenaran, sesungguhnya ini bermula dari lemahnya dakwah terhadap mereka ketika masih belia; ketika masih kanak-kanak. Mereka mungkin cerdas, tapi adab dan iman tak terbangun. Maka, kecerdasan itu bukan menjadi kebaikan, justru menjadi penyulit bagi mereka untuk menegakkan dien.
Wahai Para Guru, belajarlah dengan sungguh-sungguh bagaimana mendidik siswamu. Engkau belajar bukan untuk memenuhi standar dinas pendidikan. Engkau belajar dengan sangat serius sebagai ibadah agar memiliki kepatutan menjadi pendidik bagi anak-anak kaum muslimin. Takutlah engkau kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Sungguh, jika engkau menerima amanah sebagai guru, sedangkan engkau tak memiliki kepatutan, maka engkau sedang membuat kerusakan.
Sungguh, jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, tunggulah saatnya (kehancuran) tiba.
Ingatlah hadis Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
إِذَا ضُيِّعَتِ اْلأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا أُسْنِدَ اْلأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ.
“Jika amanah telah disia-siakan, maka tunggulah hari Kiamat,” Dia (Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah menyia-nyiakan amanah itu?” Beliau menjawab, “Jika satu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah hari Kiamat!” (HR. Bukhari).
Maka, keharusan untuk belajar dengan sungguh-sungguh, terus-menerus dan serius bukanlah dalam rangka memenuhi persyaratan formal semata-mata. Jauh lebih penting dari itu adalah agar engkau memiliki kepatutan menurut dien ini sebagai seorang guru. Sungguh, kelak engkau akan ditanya atas amanah yang engkau emban saat ini.
Wahai Para Guru, singkirkanlah tepuk tangan yang bergemuruh. Hadapkan wajahmu pada tugas amat besar untuk menyiapkan generasi ini agar mampu memikul amanah yang Allah Ta’ala berikan kepada mereka. Sungguh, kelak engkau akan ditanya di Yaumil-Qiyamah atas urusanmu.
Jika kelak tiba masanya sekolah tempatmu mengajar dielu-elukan orang sehingga mereka datang berbondong-bondong membawa anaknya agar engkau semaikan iman di dada mereka, inilah saatnya engkau perbanyak istighfar. Bukan sibuk menebar kabar tentang betapa besar nama sekolahmu. Inilah saatnya engkau sucikan nama Allah Ta’ala seraya senantiasa berbenah menata niat dan menelisik kesalahan diri kalau-kalau ada yang menyimpang dari tuntunan-Nya. Semakin namamu ditinggikan, semakin perlu engkau perbanyak memohon ampunan Allah ‘Azza wa Jalla.
Wahai Para Guru, sesungguhnya jika sekolahmu terpuruk, yang paling perlu engkau tangisi bukanlah berkurangnya jumlah siswa yang mungkin akan terjadi. Ada yang lebih perlu engkau tangisi dengan kesedihan yang sangat mendalam. Tentang masa depan ummat ini; tentang kelangsungan dakwah ini, di masa ketika kita mungkin telah tua renta atau bahkan sudah terkubur dalam tanah.
Ajarilah anak didikmu untuk mengenali kebenaran sebelum mengajarkan kepada mereka berbagai pengetahuan. Asahlah kepekaan mereka terhadap kebenaran dan cepat mengenali kebatilan. Tumbuhkan pada diri mereka keyakinan bahwa Al-Qur’an pasti benar, tak ada keraguan di dalamnya. Tanamkan adab dalam diri mereka. Tumbuhkan pula dalam diri mereka keyakinan dan kecintaan terhadap As-Sunnah Ash-Shahihah. Bukan menyibukkan mereka dengan kebanggaan atas dunia yang ada dalam genggaman mereka.
Ini juga berlaku bagi kita.
Ingatlah do’a yang kita panjatkan:
“اللهُمَّ أَرِنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا التِبَاعَةَ وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ”
“Ya Allah, tunjukilah kami bahwa yang benar itu benar dan berilah kami rezeki kemampuan untuk mengikutinya. Dan tunjukilah kami bahwa yang batil itu batil, serta limpahilah kami rezeki untuk mampu menjauhinya.”
Inilah do’a yang sekaligus mengajarkan kepada kita agar tidak tertipu oleh persepsi kita. Sesungguhnya kebenaran tidak berubah menjadi kebatilan hanya karena kita mempersepsikan sebagai perkara yang keliru. Demikian pula kebatilan, tak berubah hakekatnya menjadi kebaikan dan kebenaran karena kita memilih untuk melihat segi positifnya. Maka, kepada Allah Ta’ala kita senantiasa memohon perlindungan dari tertipu oleh persepsi sendiri.
Pelajarilah dengan sungguh-sungguh apa yang benar; apa yang haq, lebih dulu dan lebih sungguh-sungguh daripada tentang apa yang efektif. Dahulukanlah mempelajari apa yang tepat daripada apa yang memikat. Prioritaskan mempelajari apa yang benar daripada apa yang penuh gebyar. Utamakan mempelajari hal yang benar dalam mendidik daripada sekedar yang membuat sekolahmu tampak besar bertabur gelar. Sungguh, jika engkau mendahulukan apa yang engkau anggap mudah menjadikan anak hebat sebelum memahami betul apa yang benar, sangat mudah bagimu tergelincir tanpa engkau menyadari. Anak tampaknya berbinar-binar sangat mengikuti pelajaran, tetapi mereka hanya tertarik kepada caramu mengajar, tapi mereka tak tertarik belajar, tak tertarik pula menetapi kebenaran.

***
Jangan sepelekan dakwah terhadap anak! Kesalahan mendidik terhadap anak kecil, tak mudah kelihatan. Tetapi kita akan menuai akibatnya ketika mereka dewasa. Betapa banyak yang keliru menilai. Masa kanak-kanak kita biarkan direnggut TV dan tontonan karena menganggap mendidik anak yang lebih besar dan lebih-lebih orang dewasa, jauh lebih sulit dibanding mendidik anak kecil. Padahal sulitnya melunakkan hati orang dewasa justru bersebab terabaikannya dakwah kepada mereka di saat belia.
Wallahu a’lam bish-shawab. Kepada Allah Ta’ala kita memohon pertolongan. Maafkan saya.

Erdogan: Hai Asad Sang Pembunuh, Kenapa Kamu Berlepas Tangan?

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengutuk keras serangan kimia yang dilancarkan rezim Suriah di Khan Syaikhun, Idlib pada Selasa (4 April 2017) lalu.

“Hai Asad sang pembunuh, kenapa kamu berlepas tangan dari jeritan (para korban) itu?” kata Erdogan dalam sebuah siaran pers, pada Kamis (6 April 2017).

Dalam siaran pers tersebut, Erdogan juga mengatakan,

“Sungguh, di tangan mereka (rezim Asad) ini, 100 warga sipil meninggal dunia karena senjata kimia (gas sarin), 50 orang di antaranya adalah anak-anak. Hai Asad sang pembunuh, kenapa kamu berlepas tangan dari jeritan (para korban) itu?”

Dalam kesempatan itu, Erdogan menekankan, bahwa Turki akan melakukan segala hal yang dapat menyelamatkan korban luka akibat dari serangan kimia tersebut.

Ia juga mengatakan, meskipun sudah maksimal, namun hal tersebut masih belum cukup. Sehingga, keterbatasn tersebut membuatnya sedih.

Presiden Turki juga mengkritik sikap PBB yang diam terkait penggunaan senjata kimia di Idlib.

“Wahai kalian yang diam terhadap serangan kimia (di Idlib), bagaimana kalian menjustifikasikan sikap kalian ini?” ujarnya.

Menurut sebuah laporan, jumlah korban akibat gas Sarin di wilayah Khan Syaikhun, Idlib, Suriah terus bertambah. Sejauh ini tercatat ada 100 orang yang meninggal dunia, termasuk 30 orang anak-anak dan 18 orang wanita.

Seperti halnya serangan terhadap warga sipil yang dilakukan rezim Suriah di bawah pimpinan Basyar Asad, yang tidak berperikemanusiaan, serangan di kota Idlib juga menyasar fasilitas umum seperti rumah sakit dan masjid.

Sebuah masjid bernama Masjid Ar-Raudhah yang berada di kota Salqin yang berada di sebelah barat Idlib juga diserang oleh pasukan Asad.

Situs Shaam melaporkan, korban yang meninggal dunia di kota tersebut berjumlah 30 orang, termasuk di antaranya 17 orang anak-anak 7 orang wanita. Satuan Pertahanan Sipil Suriah yang berada di barisan para pejuang berhasil mengangkat jasad korban yang terperangkap di bawah reruntuhan gedung selama lebih dari 24 jam.

Menurut saksi mata, pesawat tempur rezim kembali memborbardir kota Khan Syaikhun pada pagi hari Kamis (6 April 2017) kemarin, ketika warga berkumpul untuk menguburkan keluarga mereka yang baru saja diserahkan oleh pihak rumah sakit kepada mereka.

Melihat hal ini, tentu siapa pun yang mempunyai hati nurani tidak akan pernah mendiamkan kejahatan rezim tiran Suriah tersebut. (ABD)

Wanita


1. Wanita auratnya lebih susah dijaga (lebih banyak) di banding lelaki..

2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah, tetapi tidak sebaliknya..

3. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki..

4. Wanita perlu menghadapi kesusahan, mengandung dan melahirkan anak..

5. Wanita wajib ta'at kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat pada isterinya..

6. Talak terletak di tangan suami dan bukan isteri..

7. Wanita kurang dalam beribadat karena adanya masalah haid dan nifas yang tak ada pada lelaki..

📢 Itu sebabnya mereka *YAHUDI & NASRANI* tidak henti²nya berpromosi untuk "ME-MERDEKA-KAN WANITA..."???!!!!

❓Pernahkah kita lihat sebaliknya (kenyataannya)...?

1. Wanita perlu ta'at kepada suami,, tetapi tahukah : "lelaki wajib ta'at kepada ibunya 3x lebih utama daripada kepada bapaknya...?"

2. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki,, tetapi tahukah harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya,, sementara apabila lelaki menerima warisan,, Ia perlu/wajib juga menggunakan hartanya untuk isteri dan anak²nya...

3. Di akhirat kelak,, seorang lelaki akan di minta per-tanggungjawaban-nya terhadap 4 wanita:
▶ Isterinya...
▶ Ibunya...
▶ Anak perempuannya...
▶ Saudara perempuannya...

4. Artinya,, bagi seorang wanita,, tanggung jawab terhadapnya,, "DITANGGUNG" oleh 4 orang lelaki:
▶  Suaminya..
▶  Ayahnya..
▶  Anak lelakinya...
▶  Saudara lelakinya..

5. Seorang wanita boleh memasuki pintu syurga melalui pintu syurga yang mana saja yang disukainya,, cukup dengan 4 syarat saja :
》 "Sholat tepat  5 waktu.."
》 "Puasa di bulan Romadhon..."
》 Ta'at kepada suaminya..."
》 "Menjaga kehormatan dirinya.."

⭐ Ma Syaa ALLAH... ! Demikian sayangnya ALLAH pada wanita... !!

☁ KELEMAHAN WANITA ITU ADALAH : "Wanita selalu lupa,, betapa berharga dirinya..."

"WANITA..."
Ia adalah makhluk yang mulia,, di saat kecil memberi pahala besar untuk orang tuanya...
Nabi Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam bersabda...Barangsiapa yang memiliki dua saudari atau dua anak wanita,, lalu ia berbuat baik kepada keduanya,, maka aku dan ia di dalam surga seperti ini,, beliau menggandengkan dua jarinya...(HR Al Khathab)

"DI SAAT MENJADI ISTRI..."
Ia menjadi ladang pahala untuk suaminya,, mengangkatnya menjadi manusia terbaik...
Nabi Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam bersabda...
"Se-baik² kamu,, adalah yang paling baik untuk istrinya.." (HR Bukhori dan Muslim..)

"KETIKA MENJADI SEORANG IBU..."
Ia amat mulia dan haknya Amat Agung...               Ada seorang lelaki bertanya : kepada Nabi Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam,, "Siapakah manusia yang paling ber-hak aku perlakukan dengan baik?"
Beliau Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam bersabda...
Ibumu...
Kemudian siapa?
Ibumu...
Kemudian siapa?
Ibumu lalu Bapakmu...
(HR Bukhari)

Wahai wanita...
Sadarkah bahwa kalian makhluk yang mulia...
Maka janganlah kamu campakkan kemuliaanmu...
Semoga Allah azza wajjalla senantiasa menjagamu...

MUI: Indonesia Mayoritas Muslim, Tapi TV Nasionalnya Takut Siarkan Ceramah Zakir Naik, Ada Apa?



Ceramah Zakir Naik yang tidak disiarkan televisi nasional di Indonesia memang mengundang tanda tanya.  Padahal, ustad yang punya jutaan penggemar di Indonesia ini bisa mendatangkan rating tinggi. Apakah televisi di negeri mayoritas Muslim ini takut dituduh teroris?

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis dalam perbincangan, Jumat (31/3/2017) sudah mewanti-wanti.

Cholil mengatakan ada hal yang harus diperhatikan mengingat Zakir Naik memiliki spesialisasi dalam perbandingan agama. Ia ingin, saat tur dakwah nanti, Zakir Naik tetap memperhatikan kekhasan Islam yang ada di Indonesia.


"Diharapkan ceramahnya juga nanti dalam membicarakan agama lain harus hati-hati. Agar orang awam perlu hati-hati agar tidak salah paham. Jangan sampai nanti malah menyebarkan pesan membenci atau menistakan agama lain," tuturnya seperti dikutip dari detik.com.

Faktanya dalam setiap ceramah, Zakir Naik mengemukakan logika sederhana yang bisa diterima siapa saja ditambah dengan dalil Alquran dan Alkitab. Bagian mana yang menyebarkan kebencian dan menista agama? Jikalau Zakir Naik memang seperti itu, mengapa banyak non muslim yang akhirnya masuk Islam setelah mendengarkannya?

Bahkan sebelumnya, tersiar kabar bahwa Zakir Naik ditolak di beberap negara, bahkan di Malaysia. Tapi ternyata, hanya segelintir orang di Malaysia yang menolaknya. Mirisnya, orang-orang tersebut mengatasnamakan toleransi beragama.

Jika kita melihat isi ceramah Zakir Naik dan menarik benang lurus dari perlakuan dunia terhadap Muslim, maka bisa dipastikan televisi nasional tidak menyiarkan Zakir Naik karena takut dianggap TERORIS, PENYEBAR KEBENCIAN dan PENISTA AGAMA.

Sedihnya, stereotip itu bahkan sudah tertanam disebagian pikiran Muslim di Indonesia (seperti yang terlihat dari salah satu penanya saat Zakir Naik ceramah di Bandung).

Beginilah nasib sang mayoritas yang mulai tertindas.


Sumber : Republik.in

Berlakubaiklah pada Orang yang Menyakitimu


Kalau ada yang menyakiti hati atau diri kita, menganiaya, dan atau berbuat jahat pada kita

Tolaklah perbuatan itu dengan sabar karena Alloh dan balaslah dengan kebaikan padanya.

Sungguh
tidak akan pernah sama kebaikan dengan kejahatan

Kebaikan membawamu pada rahmatNya dan rahmat Alloh akan membawamu ke Surga

Sedang kejahatan menggiringmu pada dosa dan dosa akan menggusurmu pada siksaanNya

Harus berSabar?

Betul, sabar adalah 5 huruf yang mudah di ucapkan tapi butuh perjuangan dan latihan untuk melaksanakannya

Dan hanya orang yang bisa bersabar yang bisa membalas kejahatan orang dengan kebaikan bahkan kebaikannya menghadapi orang yang menjahatinya seperti kebaikannya pada teman setianya..

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

“Dan tidaklah sama perbuatan yang baik dan yang jahat. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka apabila di antara kamu dan dia ada permusuhan jadikan seolah-olah ia adalah teman setia”

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar”

[Surat Fushilat (41):34-35]


Sungguh sabar tiada batasnya, Karena yang membatasi sabar adalah orang yang belum mampu bersabar

✍ Nurfalah Abi Hamza



Tenangkan Hati dengan Bersedekah


Sahabat, tahukah bahwa bersedekah bisa membawa ketenangan hati, namun bisa juga malah membawa keresahan.
Bagaimana mungkin sedekah justru membawa keresahan? Ya, jika dilakukan dengan tidak tepat, sedekah justru bisa melahirkan keresahan dan kekacauan. Oleh sebab itu, penting sekali kita memastikan sedekah yang kita keluarkan dilakukan dengan tepat.
Berikut ini syarat mutlak sedekah yang dapat membawa ketenangan hati:
1. Sedekah dengan mengetahui ilmunya
Umar bin Abdil Aziz rahimahullah berkata:
Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka ia lebih banyak merusak dibandingkan memperbaiki” (Dari kitab Majmu’ Fataawa Ibn Taimiyyah: 2/383)
Sahabat, sebelum membabi buta mengikuti sedekah 100% yang dilakukan oleh Abu Bakar radhiallahu ‘anhu, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu prioritas sedekah, karena sesungguhnya Rasulullah telah memberitahukan kita bagaimana sedekah yang terbaik itu.
“Dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, dinar yang engkau infakkan untuk membebaskan budak, dinar yang engkau sedekahkan kepada orang miskin, dan dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu, pahala yang paling besar adalah dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu” (HR Muslim, Ahmad, dan Baihaqi).
Lihatlah betapa tingginya posisi bersedekah pada keluarga sendiri! Oleh sebab itu, jika kita memiliki istri dan anak, penghasilan kita katakanlah hanya ada lima juta rupiah, maka pertama-tama prioritaskan untuk menanggung kebutuhan harian istri dan anak terlebih dahulu. Selanjutnya penuhi kebutuhan orangtua dan mertua, selanjutnya penuhi kebutuhan kerabat dekat yang membutuhkan.
Jika penghasilan kita melampaui kebutuhan seluruh keluarga dan kerabat, barulah kita bisa bersedekah untuk pihak luar yang juga memerlukan semisal anak yatim dan kaum dhuafa. Karena bagaimanapun, kita berkewajiban memenuhi nafkah terhadap orang-orang yang menjadi tanggungan kita terlebih dahulu.
“Apa yang engkau berikan untuk makan dirimu sendiri, apa yang engkau berikan untuk makan anakmu, apa yang engkau berikan untuk makan orang tuamu, apa yang engkau berikan untuk makan isterimu, apa yang engkau berikan untuk makan pelayanmu, maka semua adalah sedekah bagimu.” (HR Ibnu Majah)
Jika kita tak mengerti prioritas sedekah karena tak memiliki ilmunya, tentu akan terjadi kekacauan dan bukannya ketenangan.
Zainab menghadap Rasulullah dan ingin bersedekah, namun Ibu Mas’ud (suaminya) dan anaknya menganggap diri mereka lebih berhak mendapat sedekahnya, maka Rasulullah bersabda : “Benar Ibnu Mas’ud, suami dan anakmu adalah orang yang lebih berhak engkau beri sedekah.”(HR. Bukhari)
Bukankah banyak orang yang bersedekah namun keliru prioritas? Keluarganya sendiri masih kekurangan makan namun ia sudah bersedekah untuk orang lain. Diri kita dan keluarga kita tidaklah sama dengan keluarga Rasulullah yang tak memiliki hasrat pada makanan, minuman dan hal duniawi yanh berlebihan. Oleh sebab itu jangan sampai terjadi ‘pertengkaran’ hanya karena kita tidak memiliki ilmu mengenai prioritas sedekah.
Rasulullah bersabda, “Bersedekahlah olehmu sekalian”, seorang lelaki berkata : Wahai Rasul, aku memiliki satu dinar? Rasul menjawab: “sedekahkan untuk dirimu”, lelaki itu berkata: Aku memiliki yang lain?, Rasul bersabda : “sedekahkanlah kepada anakmu”, lelaki itu berkata lagi : Aku memiliki yang lain?, Rasul bersabda : “Sedekahkan untuk istrimu”, lelaki itu berkata lagi : Aku memiliki yang lain?, Rasul bersabda : “sedekahkanlah kepada pembantumu”, lelaki itu berkata lagi : Aku memiliki yang lain?, rasul bersabda : “Sedekahkan untuk engkau lebih mengerti tentang itu” (HR. Abu Dawud, Nasa’i).
2. Sedekah tanpa mengharap imbalan
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang membiasakan dirinya untuk beramal ikhlas karena Allah niscaya tidak ada sesuatu yang lebih berat baginya daripada beramal untuk selain-Nya. Dan barangsiapa yang membiasakan dirinya untuk memuaskan hawa nafsu dan ambisinya maka tidak ada sesuatu yang lebih berat baginya daripada ikhlas dan beramal untuk Allah.” (lihat Ma’alim Fi Thariq al-Ishlah, hal. 7)
Sahabat, selain memiliki ilmu, kita juga perlu memastikan keikhlasan dalam bersedekah.
Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, “Sesungguhnya amalan jika ikhlas namun tidak benar maka tidak akan diterima. Demikian pula apabila amalan itu benar tapi tidak ikhlas juga tidak diterima sampai ia ikhlas dan benar. Ikhlas itu jika diperuntukkan bagi Allah, sedangkan benar jika berada di atas Sunnah/tuntunan.” (lihatJami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 19 cet. Dar al-Hadits).
Sedekah yang dilakukan dengan ikhlas in syaa Allah membawa ketenangan. Namun sedekah yang dikeluarkan dengan harapan akan mendapat ganti berkali-kali lipat, maka tentu saja akan membawa kekhawatiran kalau-kalau sedekah tersebut tak tergantikan. Kita tak sadar bahwa kesehatan, keselamatan dari kecelakaan, terhindar dari kematian yang buruk, juga merupakan efek sedekah yang sering tidak diperhitungkan.
Maka ikhlaskan setiap sedekah yang kita keluarkan, jangan mengharap imbalan apapun baik dari manusia maupun dari Allah. Percayakan bahwa Allah Maha Teliti dalam menghitung setiap amalan Kita, Ia tidak akan menyia-nyiakan amalan yang kita lakukan dengan ikhlas.
3. Sedekah rahasia
Selanjutnya sedekah yang membawa ketenangan adalah sedekah yang dilakukan secara rahasia atau sembunyi-sembunyi.
Bersedekah dengan diketahui orang lain memang tak mengapa, namun potensi amalan tersebut dirusak oleh riya’ alias keinginan pamer dan pencitraan sangatlah tinggi.
Sedangkan sedekah yang dilakukan diam-diam tanpa diketahui oleh orang lain lebih dapat membawa ketenangan dan kebahagiaan untuk diri kita sendiri.
Maka, mari evaluasi… apakah selama ini sedekah yang kita lakukan telah membawa ketenangan hati? Wallahualam.

Comments system

[facebook][blogger]

Disqus Shortname

Spot.IM ID

Flickr User ID

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget

Google ads Main JS